Marah
termasuk godaan syetan, dikarenakan (marah) banyak terjerumus ke dalam
kejelekan dan musibah yang tidak diketahui (akibatnya) melainkan Allah.
Oleh karena itu telah ada dalam syareat banyak sekali disebutkan akhlak
yang jelek ini. Dalam Sunnah Nabawi telah ada obat agar terlepas dari
penyakit ini dan batasan dari dampaknya. Diantaranya adalah;
1. Meminta perlindungan kepada Allah dari syetan,
عن
سليمان بن صرد قال : كنت جالساً مع النبي صلى الله عليه وسلم ، ورجلان
يستبّان ، فأحدهما احمرّ وجهه واتفخت أوداجه ( عروق من العنق ) فقال النبي
صلى الله عليه وسلم : إني لأعلم كلمة لو قالها ذهب عنه ما يجد ، لو قال
أعوذ بالله من الشيطان ذهب عنه ما يجد رواه البخاري ، الفتح 6/337
ومسلم/2610
“Dari
Sulaiman bin Sord berkata, ‘Saya pernah duduk bersama Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam dan ada dua orang yang saling mengejek.
Salah satunya memerah mukanya dan membesar urat di tenggorokannya. Maka
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh saya telah
mengetahui suatu perkataan kalau dia ucapkan akan hilang apa yang ada
pada dirinya. Kalau sekiranya dia mengatakan ‘’Auzubillahi minasyathon
(Saya berlindung kepada Allah dari syetan). Maka akan sembuh apa yang
ada pada dirinya.” HR. Bukhori, Al-Fath, 6/337 dan Muslim, 2610.
Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Kalau seseorang marah, kemudian
dia mengatakan ‘Saya berlindung kepada Allah” Maka marahnya akan
mereda.’ Shoheh Al-Jami’ As-Shoghir, 695.
2.
Diam, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Kalau salah
seorang diantara kamu marah, maka diamlah. “ HR. Imam Ahmad, Al-Musnad,
1/329. Dan dala Shoheh Al-Jami’, 693. 4027. Hal itu karena marah keluar
dari perasaannya secara umum sehingga dia mengucapkan kata-kata
terkadang mengandung kekufuran –kita berlindung kepada Allah- atau
melaknat, perceraian yang dapat menghancurkan rumah tangganya atau
hardikan dan hinaan yang mendatangkan permusuhan dengan orang lain.
Secara umum diam adalah solusi untuk menghindari itu semua.
3. Berdiam diri, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda;
( إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس ، فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع ) .
“Kalau
salah seorang diantara kamu marah dalam kondisi berdiri, maka hendaknya
dia duduk, karena hal itu dapat menghilangkan kemarahan, kalau belum
(hilang), hendaknya berbaring.”
Perowi
hadits ini adalah Abu Dzar radhiallahu’anhu, ada kejadian terkait
dengan beliau dalam suatu cerita. Dimana dahulu beliau mengisi
empangnya, kemudian ada sekelompok orang datang dan mengatakan, “Siapa
diantara kamu semua yang mengisi untuk Abu Dzar dan mengambil rambut di
kepalanya? Seseorang berkata, “Saya. Orang ini datang dan mengisi empang
kemudian dihancurkan. Perkiraan Abu Dzar orang ini membantu untuk
memberi minuman unta dari empang. Akan tetapi orang ini berlaku jelek
yang menyebabkan hancurnya empang.
Dikala
itu Abu Dzr berdiri, kemudian beliau duduk kemudian berbaring.
Dikatakan kepada beliau, “Wahai Abu Dzar kenapa anda duduk kemudian
berbaring? Beliau menjawab, Sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa
sallam bersabda dan menyebutkan hadits ini. Hadits dengan kisahnya ini
ada di Musnad Ahmad, 5/152 silahkan melihat Shoheh Al-Jami’ no. 694.
Dalam
redaksi lain, dahulu Abu Dzar menimba di empang dan ada seseorang yang
membuatnya beliau marah, kemudian beliau duduk … ‘Faidul Qadir,
Al-Manawi, 1/408..
Diantara
faedah arahan nabawi ini adalah mencegah orang marah dari prilaku
sembarangan karena bisa memukul, menyakiti atau terkadang dapat membunuh
– sebagaimana yang akan disebutkan sebentar lagi- terkadang
menghancurkan harta atau semisal itu. Oleh karena itu, kalau dia duduk,
akan lebih jauh dari prilaku ngawur dan tidak beraturan. Ketika
berbaring, maka hal itu lebih jauh lagi dari prilaku sembarangan dan
prilaku yang menyakitkan. Al-Allamah Al-Khottobi rahimahullah mengatakan
dalam Syarkh Abi Dawud, “Orang berdiri siap untuk melakukan gerakan dan
pukulan. Orang duduk kurang dari makna ini. Dan orang berbaring menahan
dari kedua prilaku ini. Sehingga Nabi sallallahu’alaihi wa sallam
memperumpamakan perintah untuk duduk dan berbaring agar tidak cepat
(bergerak darinya). Sementara dalam kondisi berdiri dan duduk akan cepat
menyesal setelah itu. Wallahu’alam Sunan Abi Dawud disertai dengan
Ma’alimus Sunan, 5/141.
4.
Menjaga wasiat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu seseorang mengatakan kepada Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam, “Tolong berikan wasiat untukku!, beliau menjawab, “Jangan
marah. Hal itu diulang-ulang. Beliau tetap mengatakan, “Jangan marah.’
HR. Bukhori, 10/456. Dalam redaksi lain, seseorang berkata, “Saya
berfikir ketika Nabi sallallahu’alaihi wa sallam mengatakan apa yang
diwasiatkan, ternyata marah mengumpulkan semua kejelekan.” Musnad Ahmad,
5/373.
5.
“Jangan marah, maka surga untukmu.” Hadits shoheh, Shoheh Al-Jami’,
7374. Disebutkan Ibnu Hajar ke Tobroni, silahkan melihat Al-Fath, 4/465.
Kalau
sekiranya anda teringat apa yang Allah sediakan bagi orang-orang
bertakwa yang dapat menjauhi sebab-sebab marah dan berusaha keras pada
dirinya untuk menyimpan dan menahannya. Hal itu merupakan sarana
terbesar yang dapat membantu mematikan api kemarahan. Diantara yang ada
terkait dengan agungnya pahala akan hal itu adalah sabda Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam:
ومن كظم غيظاً ، ولو شاء أن يمضيه أمضاه ، ملأ الله قلبه رضاً يوم القيامة رواه الطبراني 12/453 وهو في صحيح الجامع 176
“Barangsiapa
yang dapat menahan marah. Meskipun dia mampu menumpahkannya. Maka Allah
penuhi hatinya dengan keredhoan di hari kiamat. HR. Tobroni, 12/453 dan
ia ada di Shoheh AL-Jami’, 176.
Pahala agung lainnya dalam sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
(
من كظم غيظاً وهو قادر على أن ينفذه ، دعاه الله عز وجل على رؤوس الخلائق
يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ماشاء رواه أبو داود 4777 وغيره ،
وحسنّه في صحيح الجامع 6518 .
“Barangsiapa
yang dapat menahan kemarahan, padahal dia mampu untuk melakukannya.
Maka Allah Azza Wajllah akan memanggilnya dihadapan orang-orang di hari
kiamat. Sehingga dia disuruh memilih bidadari yang dia sukai.” HR. Abu
Dawud, 477 dan lainnya. Dihasankan di Shoheh Al-Jami’, 6518.
6.
Mengetahui tingkatan tinggi dan keutamaan terdepan bagi orang yang
dapat mengendalikan diri. Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
( ليس الشديد بالصرعة ، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب ) رواه أحمد 2/236 والحديث متفق عليه .
“Bukan
yang dikatakan kuat itu (menang) dalam perkelahian. Sesungguhnya orang
kuat itu yang dapat mengendalikan diri ketika marah.” HR. Ahmad, 2/23.
Dan hadits Muttafaq’alaihi.
Setiap
kali jiwa meninggi dan urusan semakin berat, maka (ketika dapat)
menahan marah itu mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
(
الصرعة كل الصرعة الذي يغضب فيشتد غضبه ويحمر وجهه ، ويقشعر شعره فيصرع
غضبه ) رواه الإمام أحمد 5/367 ، وحسنه في صحيح الجامع 3859 .
“Yang
paling kuat adalah orang yang marah dan bertambah marah sampai memerah
mukanya dan rambutnya berdiri kemudian dapat mengalahkan kemarahannya.”
HR. Imam Ahmad, 5/367. Dihasankan di Shoheh Al-Jami’, 3859.
Dan
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam mempergunakan kesempatan ketika
berbicara dihadapan para shahabat untuk menerangkan hal ini. Dari Anas
sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam melewati suatu kaum yang
berkelahi. Beliau bertanya, “Apa ini? Mereka menjawab, “Si fulan yang
kuat, tidak ada seorangpun yang berkelahi dengannya melainkan dia dapat
mengalahkannya. Kemudian beliau bersabda:
أفلا
أدلكم على من هو أشد منه ، رجلٌ ظلمه رجلٌ فكظم غيظه فغلبه وغلب شيطانه
وغلب شيطان صاحبه رواه البزار قال ابن حجر بإسناد حسن . الفتح 10/519 .
“Apakah
kamu semua mau saya tunjukkan orang yang lebih kuat dari dia. Seseorang
yang mendholimi seseorang. Dan dia mampu menahan marahnya sampai dia
dapat mengalahkannya dan mengalahkan syetannya dan mengalahkan syetan
temannya.” HR. Al-Bazar, Ibnu Hajar mengomentari sanadnya hasan.
Al-Fath, 10/519.
7.
Mengikuti petunjuk Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika marah.
Prilaku ini dari akhlak Nabi sallallahu’alaihi wa salalm dan beliau
adalah tauladan kita. Hal itu telah Nampak dalam banyak hadits. Yang
paling Nampak adalah,
عن
أنس رضي الله عنه قال : كنت أمشي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وعليه
بُرد نجراني غليظ الحاشية ، فأدركه أعرابي فجبذه بردائه جبذة شديدة ،
فنظرت إلى صفحة عاتق النبي صلى الله عليه وسلم ( ما بين العنق والكتف ) وقد
أثرت بها حاشية البرد ، ثم قال : يا محمد مُر لي من مال الله الذي عندك ،
فالتفت إليه صلى الله عليه وسلم فضحك ، ثم أمر له بعطاء متفق عليه فتح
الباري 10/375
“Dari
Anas radhiallahu’anhu berkata, ketika saya berjalan bersama Rasulullah
sallallahu’alaihi wa sallam dan beliau (memakai) selendang kasar dari
Najran. Kemudian bertemu dengan orang Badui dan menarik kuat
selendangnya. Kemudian saya melihat lempangan pundak Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam (yaitu antara leher dan pundak) ada bekas
(tarikan kuat) selendang kasarnya. Kemudian (orang Badui) mengatakan,
“Wahai Muhammad, perintahkan untukku harta Allah yang ada pada anda.
Kemudian Nabi sallallahu’alaihi wa sallam menolehnya dan tertawa.
Kemudian beliau memerintahkan untuk memberikan (harta) kepadanya.”
Muttafaq’alaihi, Fathul Barie, 10/375.
Diantara
tauladan kita kepada Nabi sallallahu’alaihi wa sallam adalah kita
menjadikan marah kita karena Allah. Manakala kehormatan Allah
dilanggarnya. Dan kemarahan ini yang dipuji. Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam marah ketika dikabari tentang imam yang menjadikan orang-orang
lari dari shalat karena lama bacaannya. Beliau marah ketika melihat di
rumah Aisyah penutup yang ada gambar bernyawa. Beliau marah ketika
Usamah berbicara (minta syafaat) terkait dengan urusan wanita Mahzumiyah
yang mencuri. Beliau berkata, “Apakah anda minta syafaat dari hukum
Allah? Beliau juga marah ketika diminta tentang urusan yang tidak
disukainya. Dan lain dari itu. Maka beliau sallallahu’alaihi wa sallam
marah karena Allah.
8.
Mengetahui bahwa menahan marah termasuk tanda orang bertakwa. Mereka
disanjung oleh Allah dalam kitab-Nya. Dan disanjung oleh Rasulullah
sallallahu’alaihi wa sallam. Dipersiapkan baginya surga yang luasnya
seluas langit dan bumi. Diantara sifatnya adalah, “(yaitu) orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Mereka itu yang
Allah sebutkan akhlak mulia dan sifat serta prilaku yang indah. Dimana
ingin mencontohnya dan jiwa ingin mengikutinya. Diantara akhlaknya
adalah “Kalau mereka marah, mereka (cepat) meminta ampunan.”
9.
Teringat ketika diingatkan. Marah termasuk tabiat jiwa yang berbeda
antara manusia. Terkadang seseorang sulit untuk tidak marah. Akan tetapi
orang-orang siddiq (jujur) ketika marah, dan diingatkan dengan Allah,
maka dia teringat Allah dan berhenti pada batasan-Nya. Dan ini
contohnya:
عن
ابن عباس رضي الله عنهما أن رجلاً استأذن على عمر رضي الله عنه فأذن له ،
فقال له : يا ابن الخطاب والله ما تعطينا الجزل ( العطاء الكثير ) ولا تحكم
بيننا بالعدل ، فغضب عمر رضي الله عنه حتى همّ أن يوقع به ، فقال الحر بن
قيس ، ( وكان من جلساء عمر ) : يا أمير المؤمنين إن الله عز وجل قال لنبيه ،
صلى الله عليه وسلم : ( خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين ) وإن هذا
من الجاهلين ، فوالله ما جاوزها عمر رضي الله عنه حين تلاها عليه ، وكان
وقافاً عند كتاب الله عز وجل رواه البخاري الفتح 4/304
“Dari
Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma sesungguhnya ada seseorang meminta izin
masuk ke Umar dan dia diizinkan (untuk masuk). Kemudian dia
berkata,”Wahai Ibnu Khottob, demi Allah anda tidak memberikan kepada
kami pemberian yang banyak. Dan anda tidak menghukumi kami dengan adil.
Kemudian Umar radhiallahu’anhu marah, sampai beliau ingin
mencelakainya. Kemudian Al-Hur bin Qois (beliau termasuk orang dekat
Umar), “Wahai amirul mukminin sesungguhnya Allah Azza Wajalla berkata
kepada Nabi-Nya sallallahu’alaihi wa sallam, “Jadilah engkau pema'af dan
suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” SQ. Al-A’raf: 199. Dan dia ini termasuk orang
bodoh (jahil). Demi Allah, Umar tidak melanjutkannya dikala dibacakan
kepadanya (ayat Al-Qur’an). Dan beliau termasuk orang yang sangat
memperhatikan dengan Kitabullah Azza Wajalla. HR. Bukhori. Al-Fath,
4/304.
Begitulah
seharusnya orang Islam, bukan seperti orang munafik jelek, dimana
ketika dia marah dan diberitahukan dengan hadits Nabi sallallahu’al’aihi
wa sallam mengatakan kepadanya salah seorang shahabat agar berlindung
kepada Allah dari syetan. Kemudian dia mengatakan kepada orang yang
menasehatinya, “Apakah kamu lihat saya ada sesuatu, apakah saya gila?
Pergilah. HR. Bukhori, Al-Fath, 1/465. Kami berlindung dari kehinaan.
10.
Mengetahui kejelekan marah. Dan itu banyak, secara global dapat
mencelakakan pada diri dan orang lain. Ucapan mulut dengan menghina,
mencela dan kata kotor. Sementara tangannya memukul tanpa pertimbangan.
Bahkan dapat sampai membunuh. Ini cerita semoga ada pelajaran. Dari
Alqomah bin Wail bahwa ayahnya radhiallahu’anhu memberitahukan kepadanya
dengan mengatakan, “Saya duduk bersama Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam, tiba-tiba ada seseorang datang sambil menggelandang seseorang
dengan ikatan tali. Dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
orang ini telah membunuh saudaraku. Maka Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam bertanya, “Apakah anda membunuhnya? Dia menjawab, “Ya, saya
membunuhnya. Berkata, “Bagaimana anda membunuhnya? Dia menjawab, “Saya
dan dia memukul pohon agar daunnya berguguran untuk makan ternak.
Kemudian dia menghinaku sehingga saya marah dan saya pukul dia dengan
kapak di bagian kepalanya sampai dia meninggal. Sampai akhir kisah di
riwayatkan oleh Muslim, dishohehnya, 1307 sesuai urutan Abdul Baqi.
Terkadang
terjadi lebih ringan dari ini, sampai mematahkan dan melukainya. Kalau
orang yang dimarahi lari, maka orang yang marah akan kembali kepada
dirinya. Bisa jadi dia merobek pakaianya, menampar pipinya. Terkadang
jatuh pingsan. Bagitu juga kadang memecahkan peralatan dan menghancurkan
barang.
Diantara
dampak negative yang besar karena kemarahan, menjadi sebab kecelakaan
social, terlepas ikatan keluarga dan menghancurkan eksistensinya adalah
perceraian. Silahkan Tanya kepada orang yang menceraikan istri-istrinya
bagaimana dan kapan diceraikan? Maka akan memberitahukan kepada anda,
dikala waktu dia marah. Sehingga berdampak anak terabaikan, penyesalan
dan kehidupan yang pahit. Semuanya dikarenakan kemarahan. Kalau
sekiranya mereka ingat Allah dan kembali kepada dirinya, serta dapat
menahan kemarahannya, dan berlindung kepada Allah dari syetan. Maka
tidak akan terjadi penyelewengan syariat yang tidak menghasilkan kecuali
penyesalan. Dampak negative sangat besar pada tubuh disebabkan
kemarahan sebagaimana yang disebutkan oleh para dokter seperti
trombisis, tekanan darah tinggi, tekanan hati meninggi dan pernafasan
lebih cepat. Hal ini dapat berdampak pada kematian mendadak atau
penyakit gula dan lainnya. Kami memohon kesehatan kepada Allah.
11.
Orang yang marah memperhatikan dirinya saat ketika marah. Kalau
sekiranya orang yang marah melihat dirinya lewat cermin ketika marah,
maka dia tidak akan menyukai dirinya. Kalau dia melihat perubahan warna
kulitnya, sangat menggigil, gemetar ujungnya, berubah tubuhnya, berbalik
bentuknya, merah mukanya, melotot kedua matanya serta gerakan diluar
aturan seakan prilakunya seperti orang gila, maka dirinya akan luluh.
Dan merasa risih dari kondisinya. Dan telah diketahui bahwa penampilan
dalam lebih jelek dari penampilan luar. Maka syetan lebih gembira dari
seseorang dalam kondisi seperti ini. Kami berlindung kepada Allah dari
syetan dan kehinaan.
12.
Berdoa, ini adalah senjata orang beriman. Senantiasa memohon kepada
Tuhannya agar terbebaskan dari kejelekan, penyimpangan dan akhlak
rendahan. Berlindung kepada Allah terjerums ke jurang kekufuran atau
kedholiman disebabkan kemarahan. Karena tiga hal yang menyelamatkan
adalah berbuat adil dalam kondisi redo maupun marah. Shoheh Al-Jami’,
339. Diantara doa Nabi sallallahu’alaihi wa sallam adalah:
(
اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني ما علمت الحياة خيراً لي ،
وتوفني إذا علمت الوفاة خيراً لي ، اللهم وأسألك خشيتك في الغيب والشهادة ،
وأسألك كلمة الإخلاص في الرضا والغضب ، وأسألك القصد في الفقر والغنى
وأسألك نعيماً لا ينفد ، وقرة عين لا تنقطع ، وأسألك الرضا بعد القضاء ،
وأسألك برد العيش بعد الموت ، أسألك لذة النظر إلى وجهك والشوق إلى لقائك ،
في غير ضراء مضرّ ة ولا فتنة مضلّة الله زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة
مهتدين .
“Ya
Allah, dengan Ilmu-Mu yang ghoib, dan kekuasan-Mu terhadap makhluk,
hidupkanlah diriku apa yang Anda ketahui bahwa kehidupan itu baik bagi
diriku. Dan wafatkanlah dikala kematian itu baik untuk diriku. Ya Allah,
saya memohon kepada-Mu takut kepada-Mu dalam kondisi tersembunyi maupun
Nampak. Saya memohon kepada-Mu keiklasan dalam kondisi redo dan marah.
Saya memohon kepada-Mu hemat dalam kondisi fakir maupun kaya. Saya
memohon kepada-Mu kemikmatan yang tiada henti. Hiasan mata tanpa
terputus. Saya memohon kepada-Mu keredoan setelah qodo’. Saya memohon
kepada-Mu kenikmatan hidup setelah meninggal. Saya memohon kepada-Mu
kenikmatan melihat wajah-Mu dan rindu bertemu dengan-Mu. Tanpa ada
kesusahan yang menyusahkan. Tidak fitnah yang menyesatkan. Ya Allah
hiasilah kami dengan hiasan keimanan dan jadikanlah kami penyeruh
kebaikan yang menunjukkan jalan hidayah. Dan segala pujian hanya milik
Allah Tuhan seluruh alam.
0 comments:
Post a Comment